LATEST ARTICLES

Penyebab Rusaknya Generasi Muda Indonesia

Akhir-akhir ini kita tentu terhenyak melihat kasus-kasus asusila yang terjadi generasi muda baik anak-anak dan remaja, utamanya kalangan SD-SMP mau pun SMA di negeri kita ini. Entah itu pelecehan, video porno, dan kasus-kasus asusila lainnya. Menurut saya, ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi.


Kurangnya pengawasan orang tua
Inilah yang menurut ane menjadi faktor utama. Orang tua seharusnya mengawasi tingkah laku  dan pergaulan dari anak-anaknya. Apabila ada gelagat mencurigakan dari anaknya, baiknya orang tua mencari tahu yang sebenar-benarnya. Lalu mengarahkan ke hal-hal yang benar dan memberitahu apabila ada perilakunya yang salah dan menyimpang. Hal ini menurut ane bukanlah hal yang bersifat possesif, melainkan lebih ke arah preventif, agar anak tidak terjerumus ke dalam hal atau kejahatan asusila. Tidak cuma orang tua di rumah, “orang tua” di sekolah pun (dalam hal ini seluruh perangkat sekolah) harus ikut mengawasi tingkah laku dan pergaulan dari anak didiknya. Untuk itu, baik orang tua maupun sekolah harus mampu bersinergi dalam mengawasi tingkah laku dan pergaulan anak-anaknya.

Penyalahgunaan gadget
Setelah orang tua, gadget adalah hal kedua yang paling dekat dengan anak-anak. Saat ini hampir semua dan hampir setiap saat anak-anak cenderung sibuk mengutak-atik gadgetnya. Seharusnya gadget hanya dipakai untuk menunjang aktifitas sekolahnya dan untuk permainan sekedarnya saja, bukan sebagai benda yang dipegang oleh anak-anak setiap saat dan waktu. Selanjutnya adalah, adakah konten negatif yang diakses oleh anak-anak? Adakah penyalahgunaan dari penggunaan gadget tersebut? Pada saat gadget digunakan untuk melihat konten negatif, saat itulah menurut ane gadget disalahgunakan penggunaanya atau beralih fungsi ke arah yang salah. Gadget yang seharusnya dipakai untuk membantu belajar malah digunakan untuk melihat konten negatif dan tidak pantas dilihat oleh anak-anak. Mungkin sekarang lah saatnya sedikit menjauhkan gadget dari anak-anak dan tentunya mengawasi penggunaannya.

Pengaruh media
Media, dalam hal ini baik media elektronik, cetak maupun internet adalah makanan sehari-hari dari masyarakat, termasuk anak-anak. Anak-anak yang belum bisa menyaring informasi hanya dapat menerima mentah-mentah informasi yang masuk ke dalam otaknya. Ditambah kecenderungan anak-anak yang suka meniru, maka besar kemungkinan informasi yang dia terima bakalan ditiru juga. Tidak tertutup kemungkinan, apabila ada anak menonton berita mengenai kejahatan asusila, anak tersebut bisa saja menirunya. Semoga saja tidak. Oleh karena itu, selain orang tua mendampingi anak-anaknya dalam menikmati media, ada baiknya perlu dibuat rating dalam berita mau pun konten-konten yang ada di media, serta jam penayangannya ada baiknya juga perlu lebih diperhatikan.

Diajari oleh orang yang lebih tua
Tentu kita masih ingat tentang video yang menampilkan sepasang anak yang melakukan hubungan layaknya suami istri. Nah, itu adalah contoh dari poin ini. Mungkin ada banyak kasus selain video itu, yang melibatkan orang yang lebih tua. Anak-anak tersebut melakukan tindakan asusila bukan karena keinginan sendiri, tetapi karena diajari oleh orang yang lebih tua. :takuts Yang tua bukannya mencontohkan hal-hal yang baik kepada adik-adiknya atau kepada anak tetangganya yang usianya lebih muda, tetapi malah mencontohkan perilaku buruk, mengajari hal-hal yang tidak baik yang tidak pantas dilihat apalagi dilakukan oleh anak-anak.

Ketidakpedulian lingkungan sekitar
Karena tuntutan hidup dan tuntutan jaman, orang-orang saat sekarang ini seakan tidak peduli pada lingkungan sekitar. Padahal menurut ane peduli pada lingkungan sekitar adalah sebuah kontrol masyarakat yang sangat efektif dalam mencegah kejahatan sosial pada khususnya mau pun kemerosotan moral pada umumnya, terutama dalam hal ini pada anak-anak dan remaja. Semua seakan lebih peduli pada “lingkungan” yang tertera di layar gadgetnya, lebih peduli pada “lingkungan” socmednya. Namun, semoga saja tidak.
Ada baiknya, kita harus peduli pada keduanya, baik lingkungan di dunia nyata mau pun dunia maya.

Terkikisnya nilai, norma dan budaya ketimuran
Salah satu dampak dari globalisasi dan kemajuan teknologi (informasi) adalah akulturasi budaya. Dalam hal ini, budaya timur yang ada di negeri kita ini akan dimasuki oleh budaya barat. Apabila masyarakat tidak mempertahankan budaya ketimurannya, akibatnya budaya timur akan kalah oleh budaya barat. Sehingga nilai, norma dan budaya ketimuran akan terkikis dan akan menjadi hilang pada akhirnya. Hal tersebut menurut ane mempunyai andil yang besar dalam kemerosotan moral dan meningkatnya tindakan asusila di kalangan generasi muda.
Tentu saja tidak semua budaya barat itu negatif, maka menurut ane, kita perlu menyaring budaya lain yang masuk ke dalam budaya kita. Hal-hal positif dari budaya barat kita contoh dan kita kembangkan, sedangkan hal-hal negatifnya kita buang jauh-jauh.

Tidak ada fondasi agama
Semua agama di dunia ini pasti memerintahkan umatnya untuk menjauhi hal-hal yang negatif. Tujuannya salah satunya agar tidak terjadi dekadensi moral dalam masyarakat. Menurut ane, agama dapat menjadi fondasi sekaligus tameng bagi anak-anak agar tidak terjatuh ke dalam kemerosotan moral mau pun tindakan asusila. Untuk itu, penanaman nilai-nilai moral dan agama pada usia dini, amat sangat perlu untuk dilakukan.

Itulah beberapa hal yang punya andil terhadap rusaknya moral dan akhlaq generasi muda Indonesia. Ayo selamatkan generasi muda Indonesia!

1 comment: Leave Your Comments

  1. Thanks infonya. Oiya ngomongin generasi muda, ternyata miliarder kenamaan Michael Bloomberg punya pesan penting loh agar kaum muda bisa meraih sukses. Apa itu? Yuk cek selengkapnya di sini: Pesan Michael Bloomberg kepada generasi muda

    ReplyDelete